Jelajah Dieng Part II

12:53 PM Fathur Rhavy 0 Comments



Beberapa waktu lalu gue sudah menceritakan pengalaman gue saat tiba di Dieng. Kali ini gue akan menceritakan petualangan-petualangan yang lebih seru lagi dari Jelajah Dieng Part I...

So, stay tuned on this site and let's check this out...

Sebelumnya gue sudah menyinggun tentang sebuah pohon yang sakti mandra guna. Pohon bukan sembarang pohon, pohon asli telaga Merdada. Pohon yang sudah ditebang oleh para pekerja disana, kembali 'tegang'... maksud gue 'berdiri' beberapa saat setelah ditebang. 

"Pohonnya udah ditebang tadi, udah jatuh ke tanah padahal. Terus berdiri lagi" Ayah gue sih bilangnya gitu, dan para pekerja juga meyakinkan hal itu. Ada yang merekam sih kejadiannya, tapi saat itu tak ada niatan dari gue untuk meminta videonya. Kejadian itu lumayan membuat gempar orang - orang yang ada disana saat itu.

Seperti biasa 'no pict, it's hoax'... 

Penampakan pohonnya

Sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang lebih lanjut mengenai terjadinya kejadian tersebut. Mungkin suatu saat salah satu Good Readers ada yang mau meneliti? 

***

Sore harinya kakak gue ngajakin bokap sama nyokap gue untuk pergi mendaki bukit-bukit yang mengelilingi danau tersebut. Kita start dari bukit dekat kita menginap dan menyusuri jalan setapak untuk sampai ke puncak bukit. Setelah tiba di puncak bukit, kita menyusuri jalan setapak yang biasa dilalui para pekerja ladang, jalan tersebut hanya muat untuk satu orang, karena kanan kiri bukit tersebut merupakan ladang kol dan kentang yang seperti jurang, walaupun tidak begitu terjal.

Sedikit menakutkan sih berjalan diatas tumpukan puncak-puncak bukit. Meskipun track yang kita lalui lumayan susah. Semua terbalaskan dengan pemandangan yang sangat indah. Sebelah kiri merupakan danau Merdada yang sangat jelas terlihat keseluruhannya dari atas sini dan sebelah kanan merupakan pemandangan ladang-ladang diantara tumpukan perbukitan yang menjulag keatas.

Angin yang berada diatas bukit ini lumayan begitu kencang, bahkan rambut yang udah gue olesi 'G*tsby' masih tetap kalah dengan kencangnya angin diatas bukit ini. Dingin? itu sih gak usah ditanya, pastinya sangat dingin diatas sini. Tapi semua itu terbayar dengan pemandangan yang luar binasa ini.

Mas irfan salah satu pekerja 

Seraya menyusuri jalan setapak tibalah kita diakhir perjalanan kita, tak terasa sudah berada diujung bukit yang mengelilingi danau Merdada, cukup jauh tapi tak terasa begitu cepat kita menyusuri karena sepanjang jalan seraya memandangin pemandangan yang sangat eksotis, semuanya terlihat hijau sejauh mata memandang.

ladang diatas bukit

Perjalanan hari ini yang begitu panjang dan melelahkan memaksa kami untuk meristirahatkan tubuh kami untuk kegiatan esok hari yang lebih menguras tenaga, tapi semua itu terbayar dengan kepuasan memandang ciptaan Tuhan yang sangat indah.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi buta kami semua sudah bersibuk-sibuk ria menyiapkan perbekalan untuk melanjutkan perjalanan mengelilingi dieng. Kami berangkat mengenakan mobil, menuruni perbukitan dan melewati rumah-rumah penduduk. Disalah satu jalan gue melihat pipa besar diatas jalan, "itu pipa gas dari pertamina" kata bokap gue. Kabarnya sih disini ada pertambangan gas, tapi it's okay selama tidak merusak alam dan mengganggu perjalanana kami.

Sepanjang jalan kita melewati komplek percandian Arjuna yang sangat terkenal diDieng dan sebuah goa dibawah tanah yang kata kakak gue nembus ke surabaya. Kali ini gue ga tau dia beneran atau hanya mau ngebohongin gue. Gue saat itu hanya percaya saja sembari melihat kakak gue bercerita, menatap wajahnya dengan tanpang yang tak berdosa dan mata yang berkaca-kaca...

Beberapa saat kemudian, tibalah kami disumur Jalatunda, eits, penderitaan belum berakhir...

...anak tangga yang cukup banyak menjulang keatas mulai menghantui kami. Lagi-lagi 'menanjak' demi mencapai tempat yang indah memang butuh pengorbanan. Ketika berada diatas terlihatlah sosok dari sumur jalatunda, gue pikir bentuknya kayak sumur gitu terus ada timba dan kerekan-nya, mangkanya gue heran ngapain sih wisata ngeliatin sumur di Jakarta juga banyak. Ternyata sumurnya gede banget dan menurut gue itu bukan 'sumur'...

...tapi 'danau' !! Shit....

Sumur ini cukup mengerikan, kenapa? Untuk melihat dari atas ke bawah saja membuat kaki-kaki gue menari-nari kecil alias 'gemetaran'. Karena dari tempat kita melihat ke permukaan air sumur cukup tinggi dan terjal, sempat terbayang oleh gue, kalau jatuh gimana ya?



Tiba-tiba kakak gue ngambil sebongkah batu dan ngelempar kesumur itu. "ngapain lo" tanya gue. "ambil batu terus lo lempar kalau bisa sampai ke sebrang dinding sumur ini, lo bisa dapet jodoh" kata kakak gue. 

Oh, come on I'm a student of Junior high school. Yakali, mau dapat jodoh sekarang, pingin rasanya gue melempar kakak gue kesebrang sumur saat itu juga...

Dan akhirnya rasa penasaran gue yang menggebu-gebu saat itu, membuat gue melempar batu. Alhasil untuk sampai ke tengah sumur saja enggak, apalagi keseberang tebing sumur, mustahil !! Jarak dinding tempat kita berdiri dengan satunya sangatlah jauh itulah, seperti gue bilang "ini sumur atau danau ?".

***

Setelah dari Sumur Jalatunda kita berangkat menuju Telaga Warna, eits ini bukan telaga warna yang ada di bogor ya. Telaga Warna yang ada disini lebih keren dari yang ada dibogor menurut gue sih. Karena perbedaan antara warna air yang satu dengan yang lain di telaga ini cukup terlihat perbedaanya ketika siang hari. Terkadang terlihat hijau, terkadang biru, merah jambu dan warna-warna lainya. Dengan wilayah yang luas kita dapat berjalan-jalan sembari menikmati pemandangan yang ada disini.

Tak hanya telaga, disini juga ada beberapa tempat wisata lainnya seperti, goa-goa, batu tulis dan beberapa patung yang bisa kita temukan. Karena lahannya yang luas kita dapat melihat - lihat keadaan disana sembari berjalan-jalan menikmati keindahan Telaga Warna




Batu tulis tempat manusia prasejarah nulis memakai telapak tangannya.

***
Setelah dari Telaga Warna kita bergerak menuju ke tempat wisata lainnya yaitu 'Kawah Sikidang'. Kawah Sikidang ini merupakan tempat yang tandus karena dahulu tempat itu merupakan bekas beberapa kawah baik itu yang tidak aktif atau masih aktif, tapi ini bukan kawah yang seperti kalian bayangkan. Kawah Sikidang tak seperti kawah yang ada di puncak gunung, kawah ini hanya sekala kecil. Di kawasan ini kita dapat menemukan banyak sekali aliran belerang yang melintas, disini kita dituntut untuk berhati-hati karena beberapa kawah masih aktif sehingga jika kita terkena air yang mendidih dengan lumpur ditengah kawah, lumayan dapat mebuat luka kulit kita.



Kalian bisa mengambil beberapa belerang yang ada disini atau membelinnya dibeberapa penjual disekitar kawah ini. Tempat yang begitu berbahaya tapi asik untuk dijadikan wisata, karena pemandangan yang sangat berbeda dengan kawah yang selama ini kita lihat dan kita dapat melihat dari dekat bentuk dan isi suatu kawah...

bahkan kita dapat memasak telur rebus diantara kawah-kawah kecil yang tersebar disini. Asal jangan memasak telur mata sapi atau dadar ya, yang ada lo yang gue masak di kawah itu!!

Walaupun tandus tapi tempat ini memiliki warna yang sangat sedap dipandang mata. Pemandangan yang serba tandus memiliki perpaduan degradasi warna antara abu-abu dan coklat, menjadikannya pemandangan yang langka untuk dilihat. Jadi tak ada salahnya Kawah Sikidang ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata kalian.


Ya, begitulah kegiatan petualangan gue selama ada di Dieng, Seakan baru kemarin melakukan perjalanan yang cukup menantang itu. Tanah jawa yang satu ini memang tidak salah untuk jadi destinasi para Good Readers jika ingin berlibur. Tak ada kata menyesal untuk kesana. Karena pemandangan yang tak ada duanya membuat kita betah tinggal disana berlama-lama. 

"Just do something in your life to find a good experience and make them as a memory"

0 comments: