Pantai Watu Dodol Pesona Banyuwangi
Patung Gandrung
Perjalanan ke banyuwangi mengingatkan gue akan masa lalu ketika gue melewati jalan ini sekitar empat tahun yang lalu bersama rombongan dari SMA 13 Jakarta. Jejak-jejak ketika kami hampir tiba ke pelabuhan Ketapang begitu terasa teringat oleh gue. Begitu rindu mengingat hal yang sangat indah ketika itu saat gue duduk di bangku kelas 2 SMA.
Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan yang menjadi saksi kuat dijalur utara pulau Jawa, lebih tepatnya akses Situbondo dan Banyuwangi. Saat ini gue menyusuri jalur yang dulu pernah gue lewati bersama kawan-kawan gue. Tapi kali ini gue menyusuri kembali jalur tersebut bersama keluarga.
Ya, itulah tempat dimana gue mengingat kembali semua memori yang ada diotak gue. Kali ini tujuan destinasi gue adalah 'Pantai Watu Dodol'. Sebelum itu gue mau bercerita sedikit mengenai watu dodol.
***
Once upon a time...
Pada jaman penjajahan
Belanda dahulu Residen Schophoff membuat jalan yang akan menuju Panarukan dari
Banyuwangi, namun jalan itu terkendala oleh adanya bukit, pada saat itu seorang dari pemerintahan banyuwangi yang bernama Tumenggung Wiroguno I, mengadakan sayembara kepada
masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan tembus melewati bukit akan diberi
hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke selatan sampai daerah Sukowidi.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu begitu saja,
sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan
tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat akan penasehatnya dulu
yang bernama Ki Buyut Jaksa.
Ki Buyut Jaksa adalah seorang sakti bekas penasehat
Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di pinggiran bukit Boyolangu. Di
pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak bernama Nur Iman. Nur Iman adalah
anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa di pengasingan.
Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I berhasil membujuk Ki
Buyut Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit batu. Ki Buyut Jaksa
dengan bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh anak angkatnya Nur
Iman berhasil membuat jalan melalui bukit batu tersebut. Bantuan dari bangsa
Jin ini tentunya tidak gratis, ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1. Jangan mendodol ( membongkar ) batu diluar batas yang diberi tanda oleh
bangsa Jin.
2. Sisakan seonggok batu untuk duduk di pinggir pantai.
3. Minimal setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan anak cucunya
harus menyambangi tempat ini.
Oleh karena itu tempat wisata tersebut diberi nama Watu
Dodol, dan 'Watu Dodol' sendiri berasal dari bahasa jawa yang berarti 'Dodol' itu adalah 'bongkar”, sedangkan 'Watu' adalah 'Batu'.
Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat Boyolangu selalu
berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol menggunakan dokar ( Kereta yang ditarik
oleh kuda ). Peristiwa tahunan ini disebut tradisi 'Puter Kayun'.
***
Selain legenda terdapat juga cerita atau mitos-mitos mengenai watu dodol. Salah satunya ketika jepang menjadikan Watu Dodol sebagai perlindungan pada Perang Dunia II. Jepang ingin menyingkirkan batu tersebut menggunakan kapal dengan cara ditarik, alhasil bukan batunya yang bergeser tetapi kapalnya yang tenggelam.
Gue juga pernah diceritain sama nyokap gue. Watu Dodol itu dulu pernah dicoba untuk dipindahkan atau dihancurkan, alhasil bukannya batunya yang hancur tapi malah alat-alat beratnya yang rusak atau tidak menyala, entah apa karena alat beratnya yang rusak atau batunya yang sangat keras atau bahkan karena ada kekuatan-kekuatan gaib disana. Begitulah mengenai Watu Dodol banyak kisah-kisah yang diluar nalar manusia yang cukup membuat kita penasaran.
***
Begitulah ceritanya mengenai Watu Dodol...
Berpindah sejenak dari Watu Dodol yang penuh dengan kemisteriusannya. Beberapa puluh meter dari tempat watu dodol tersebut terdapat area wisata yang begitu terkenal disana dan cukup menarik untuk disambangi.
Pantai Watu Dodol..
Pantai yang menjulang cukup panjang ini disepanjang jalan, membuat gue menjadikannya sebagai tujuan utama wisata gue ketika di Banyuwangi dua tahun yang lalu. Walaupun tak seindah pantai Kute atau pantai pasir putih lainnya. Pantai Watu Dodol cukup menarik untuk didatangi karena, selain letaknya yang berada di pinggir jalan. Pantai ini tidaklah seperti pantai lainnya, diselimuti dengan pasir hitam yang menjadi pembatas antara daratan dan laut biru yang sangat memanjakan mata.
Walau pasirnya tak seputih dan sehalus pantai Kute yang ada di Bali, tetapi itulah yang menjadikannya daya tarik. Dengan warna hitam pekat yang menjadikan ciri khas pantai ini. Akan tetapi walau pasir yang hitam pekat, gelombang ombak yang menghembaskan sisi pantai tersebut terlihat begitu biru. Itulah yang menjadikan pantai ini menarik.
Seraya menikmati pantai ini kita dapat berjalan disepanjang pantai menikmati desiran hembusan angin dan ombak yang silih berganti, atau sekedar berfoto ria di atas pohon putih yang menjadikannya suatu gradiasi warna yang indah diatas pasir hitam.
Dengan pemandangan yang memanjakan mata sejauh mata memandang, dimana diseberang pantai ini terletak sisi lain dari pulai Bali yang begitu jelas. Seraya memandangi pemandangan kita dapat memesan minuman atau makanan yang disediakan oleh para penjajah makanan dan minuman disini.
Duduk ditepi pantai ditemani dengan segelas es kelapa murni, dengan cemilan di warung-warung pinggir pantai. Melihat pemandangan laut yang jauh membentang dan indanya pulau bali, terkadang kapal-kapal pesiar maupun nelayan melintang melewati lautan tersebut.
Untuk akses jalan, jika kalian melewati Jalur Utara pulau Jawa kalian akan melewatinya sebelum tiba di Pelabuhan Ketapang. Sedangkan jika dari kota Banyuwangi cukup berpatokan pergi menuju ke pelabuhan Ketapang, karena dari pelabuhan Ketapang jaraknya tak begitu jauh.
Tambahan:
Bunker peninggalan Jepang pada Perang Dunia ke II
Sumber air tawar di daerah dekat air laut
Ya, begitulah perjalanan gue kali ini di Watu Dodol mungkin bisa jadi salah satu destinasi para Good Readers yang mau liburan ke banyuwangi.
"Sometimes being black is better than being white"
0 comments: