Pantai Watu Dodol Pesona Banyuwangi

8:18 PM Fathur Rhavy 0 Comments

Patung Gandrung

Perjalanan ke banyuwangi mengingatkan gue akan masa lalu ketika gue melewati jalan ini sekitar empat tahun yang lalu bersama rombongan dari SMA 13 Jakarta. Jejak-jejak ketika kami hampir tiba ke pelabuhan Ketapang begitu terasa teringat oleh gue. Begitu rindu mengingat hal yang sangat indah ketika itu saat gue duduk di bangku kelas 2 SMA.

Sekarang semua itu hanya tinggal kenangan yang menjadi saksi kuat dijalur utara pulau Jawa, lebih tepatnya akses Situbondo dan Banyuwangi. Saat ini gue menyusuri jalur yang dulu pernah gue lewati bersama kawan-kawan gue. Tapi kali ini gue menyusuri kembali jalur tersebut bersama keluarga.


Watu Dodol..

Ya, itulah tempat dimana gue mengingat kembali semua memori yang ada diotak gue. Kali ini tujuan destinasi gue adalah 'Pantai Watu Dodol'. Sebelum itu gue mau bercerita sedikit mengenai watu dodol. 

***

Once upon a time...

Pada jaman penjajahan Belanda dahulu Residen Schophoff membuat jalan yang akan menuju Panarukan dari Banyuwangi, namun jalan itu terkendala oleh adanya bukit, pada saat itu seorang dari pemerintahan banyuwangi yang bernama Tumenggung Wiroguno I, mengadakan sayembara kepada masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan tembus melewati bukit akan diberi hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke selatan sampai daerah Sukowidi.

Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu begitu saja, sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat akan penasehatnya dulu yang bernama Ki Buyut Jaksa.

Ki Buyut Jaksa adalah seorang sakti bekas penasehat Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di pinggiran bukit Boyolangu. Di pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak bernama Nur Iman. Nur Iman adalah anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa di pengasingan.

Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I berhasil membujuk Ki Buyut Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit batu. Ki Buyut Jaksa dengan bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh anak angkatnya Nur Iman berhasil membuat jalan melalui bukit batu tersebut. Bantuan dari bangsa Jin ini tentunya tidak gratis, ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1. Jangan mendodol ( membongkar ) batu diluar batas yang diberi tanda oleh bangsa Jin.

2. Sisakan seonggok batu untuk duduk di pinggir pantai.
  
3. Minimal setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan anak cucunya harus menyambangi tempat ini.

Oleh karena itu tempat wisata tersebut diberi nama Watu Dodol, dan 'Watu Dodol' sendiri berasal dari bahasa jawa yang berarti  'Dodol' itu adalah 'bongkar”, sedangkan 'Watu' adalah 'Batu'.

Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat Boyolangu selalu berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol menggunakan dokar ( Kereta yang ditarik oleh kuda ). Peristiwa tahunan ini disebut tradisi 'Puter Kayun'.

***

Selain legenda terdapat juga cerita atau mitos-mitos mengenai watu dodol. Salah satunya ketika jepang menjadikan Watu Dodol sebagai perlindungan pada Perang Dunia II. Jepang ingin menyingkirkan batu tersebut menggunakan kapal dengan cara ditarik, alhasil bukan batunya yang bergeser tetapi kapalnya yang tenggelam.

Gue juga pernah diceritain sama nyokap gue. Watu Dodol itu dulu pernah dicoba untuk dipindahkan atau dihancurkan, alhasil bukannya batunya yang hancur tapi malah alat-alat beratnya yang rusak atau tidak menyala, entah apa karena alat beratnya yang rusak atau batunya yang sangat keras atau bahkan karena ada kekuatan-kekuatan gaib disana. Begitulah mengenai Watu Dodol banyak kisah-kisah yang diluar nalar manusia yang cukup membuat kita penasaran.

***

Begitulah ceritanya mengenai Watu Dodol...

Berpindah sejenak dari Watu Dodol yang penuh dengan kemisteriusannya. Beberapa puluh meter dari tempat watu dodol tersebut terdapat area wisata yang begitu terkenal disana dan cukup menarik untuk disambangi. 



Pantai Watu Dodol..

Pantai yang menjulang cukup panjang ini disepanjang jalan, membuat gue menjadikannya sebagai tujuan utama wisata gue ketika di Banyuwangi dua tahun yang lalu. Walaupun tak seindah pantai Kute atau pantai pasir putih lainnya. Pantai Watu Dodol cukup menarik untuk didatangi karena, selain letaknya yang berada di pinggir jalan. Pantai ini tidaklah seperti pantai lainnya, diselimuti dengan pasir hitam yang menjadi pembatas antara daratan dan laut biru yang sangat memanjakan mata. 

Walau pasirnya tak seputih dan sehalus pantai Kute yang ada di Bali, tetapi itulah yang menjadikannya daya tarik. Dengan warna hitam pekat yang menjadikan ciri khas pantai ini. Akan tetapi walau pasir yang hitam pekat, gelombang ombak yang menghembaskan sisi pantai tersebut terlihat begitu biru. Itulah yang menjadikan pantai ini menarik. 

Seraya menikmati pantai ini kita dapat berjalan disepanjang pantai menikmati desiran hembusan angin dan ombak yang silih berganti, atau sekedar berfoto ria di atas pohon putih yang menjadikannya suatu gradiasi warna yang indah diatas pasir hitam.


Dengan pemandangan yang memanjakan mata sejauh mata memandang, dimana diseberang pantai ini terletak sisi lain dari pulai Bali yang begitu jelas. Seraya memandangi pemandangan kita dapat memesan minuman atau makanan yang disediakan oleh para penjajah makanan dan minuman disini.

Duduk ditepi pantai ditemani dengan segelas es kelapa murni, dengan cemilan di warung-warung pinggir pantai. Melihat pemandangan laut yang jauh membentang dan indanya pulau bali, terkadang kapal-kapal pesiar maupun nelayan melintang melewati lautan tersebut.



Untuk akses jalan, jika kalian melewati Jalur Utara pulau Jawa kalian akan melewatinya sebelum tiba di Pelabuhan Ketapang. Sedangkan jika dari kota Banyuwangi cukup berpatokan pergi menuju ke pelabuhan Ketapang, karena dari pelabuhan Ketapang jaraknya tak begitu jauh.

Tambahan:

Bunker peninggalan Jepang pada Perang Dunia ke II 

Sumber air tawar di daerah dekat air laut


Ya, begitulah perjalanan gue kali ini di Watu Dodol mungkin bisa jadi salah satu destinasi para Good Readers yang mau liburan ke banyuwangi.

"Sometimes being black is better than being white"

0 comments:

Jelajah Dieng Part I

12:58 PM Fathur Rhavy 1 Comments


Dieng..

Jujur aja waktu itu gue gak tau Dieng itu apa, yang gue tau Dieng adalah suatu tempat yang ada di jawah tengah.

Gue hanya seorang bocah smp ingusan pada saat itu dan dipaksa ikut oleh ortu gue untuk pergi kesuatu tempat antah berantah yang belum pernah gue denger sebelumnya. Ya, intinya gue dipaksa ikut ke tempat ayah gue bongkar pabrik jamur di dataran tinggi Dieng. 

Hmm.. dari pada gue dirumah menghabiskan liburan hanya bergelut dengan kumpulan kaset DVD ultraman yang sudah gue puter ribuan kali, bahkan gue tau ultramannya bakal ngomong apa. Akhirnya gue ikut.

Berangkatlah gue...
***

Usut punya usut, Dieng itu sudah terkenal dengan pemandangan hamparan pegunungan - pegunungan dan cuaca yang lumayan sangat dingin. Bahkan sepanjang mata memandang hanya ada puncak-puncak pegunungan yang di selimuti oleh pepohonan dan udara disini, asri, bersih, walaupun sedikit dingin.. sedikit.. Apalagi ketika kabut turun, rasanya ingin memeluk pacar yang jauh disana...

Jangan heran kalau good readers berlibur ke Dieng dan disepanjang jalan terdapat hamparan ladang kentang ataupun kol, bahkan banyak domba disini. Itulah ciri khas dari Dieng, karena tempatnya yang sangat dingin, sehingga banyak dijadikan lahan untuk tumbuhan maupun hewan yang hidup di daerah dingin.

Oh ya satu lagi, Dieng juga memiliki segudang mitos dan cerita-cerita misteri yang sudah sangat terkenal di telinga para travelers dan hikers. Dan semua itu akan kita bahas pada artikel gue dibawa ini...

***

Telaga merdada dan juga pabrik jamur yang dibongkar


...Ketika gue tiba disana, dua kata yang ada dipikiran gue 'Cold' and 'Awesome'. Kata 'antah berantah' tadi perlahan hilang dan berganti dengan kekaguman yang luar biasa.

Sepatah kalimat menghilangkan kekaguman gue sesaat "kita akan melewati jembatan darurat dari kayu" celetuk ayah gue.

Beberapa saat yang lalu terjadi longsor dan mengakibatkan rusaknya jembatan penghubung antara Wonosobo dan Dieng. Untuk sampai ke Dieng kita mesti melewati jembatan tersebut, begitu juga sebaliknya jika kita ingin ke Wonosobo.

"krek..krek..krek" tiap kali jembatan itu dilewati satu persatu oleh kendaraan secara perlahan. Terlihat antrian ketika melewati jembatan darurat ini. Takut dan menegangkan mungkin itu yang sedang gue pikirkan. Bagaimana tidak, sebelah kanan merupakan jurang dan sebelah kiri merupakan tebing dari bukit yang sedang kita lewati. Ditambah dengan kabut yang turun, menjadi pelengkap perjalanan kali ini. Pandangan kami yang terbatas, sekitar 50M memaksa kami menyalakan lampu jauh, sesekali melakukan 'deem' untuk memberi isyarat mobil diarah yang berlawanan.

Dimalam yang dingin, ditemani rintik-rintik hujan yang membasahi jembatan darurat tersebut. Jalan yang licin menjadi suatu kewaspadaan bagi kami. "Cepat sampai.. cepat sampai.. cepat sampai" itu yang ada di kepala gue saat itu sembari berdoa. 

"Kita telah melewati jembatan!" ucap sang supir kala itu. Jantung yang berdebar-debar dengan cepat mulai berkurang irama ketukannya, menandakan tenangnya hati ini telah tiba disebrang.

Tibalah gue disana, malam ini gue habiskan untuk menginap di disalah satu mes di pabrik jamur tersebut, karena jika menginap di hotel yang letaknya cukup jauh dari tempat kerja ayah gue, yaitu dibawah pegunungan. Sedangkan tempat kerja ayah gue berada diatas pegunungan, yah ibaratnya seperti bogor ke puncak deh. 

Malam itu gue habiskan untuk beristirahat dan mengingat kembali setiap detik demi detik ketika melewati jembatan darurat kala itu. Ditemani suara jangkrik ala perdesaan dan udara dingin yang menusuk sampai tulang.
***
Paginya...

Tak ada niat sedikitpun dibenak gue untuk mencicipi air dan mebasuhnya keseluruh tubuh gue. Bisa dibayangkan gimana air es freezer diguyur ke badan, ya itulah yang gue rasakan setiap kali mandi di tempat ini. Bahkan setelah buang air kecil untuk mebasuh si 'entong' saja abang enggan dik...

...kasihan si 'entong' terbujur lemas di tempat tidurnya.

Alhasil gue berhasil membuat rekor sepanjang hidup gue, yaitu 'Finalis Tak Mandi 3 hari berturut-turut'. You know lah, orang kece walaupun 3 hari gak mandi tetep saja kecehhh.\Bahkan disini gue mengenakan pakaian lapis 3, paling dalam kaos oblong, lapisan kedua sweeter, lapisan ketiga jacket. Bahkan air teh yang baru diseduh seketika dingin begitu cepatnya, misterius sekali tempat ini.

***
Malamnya gue disuguhkan cerita menarik oleh kakak gue dan beberapa pekerja disana. Danau Telaga Merdada, danau yang berfungsi sebagai irigasi oleh beberapa petani untuk mengairi ladangnya dan juga tempat beberapa ikan air tawar hidup. Bahkan sesekali, para petani menangkap dan menjadikannya lauk untuk mereka makan. Menyimpan misteri dibalik keindahannya..

"Di danau ini ada ikan gede banget, jarang muncul ke atas, temennya dedemit kayaknya" celetuk kakak gue. Saat itu juga gue ingin menombak ikan misterius itu dan menjadikannya ikan bakar saus padang atau saus tiram.

Ikan yang menjadi legenda di danau itu telah hidup bertahun-tahun lamanya disana. Usut punya usut selain ikan itu jarang menampakkan diri ke permukaan, kata penduduk disini "kalau kalian bisa melihat ikan tersebut, keinginan apapun akan terkabul", ini ikan apa Tuhan ya?

Gue gak percaya sih tapi rasa penasaran kala itu memaksa gue untuk melihat dibalik kebenarannya. Cerita demi cerita di ucapakan silih bergantian oleh para pekerja dan kakak gue, ditemani dengan cahaya api unggun yang menghangatkan tubuh kami kala itu. Menghabiskan malam hingga larut...

Ladang disekitar Telaga Merdada

Paginya gue mencoba untuk berkeliling danau dan pabrik jamur tersebut, sembari melihat - lihat keindahan alam yang terletak di danau Telaga Merdada kala itu. Pagi - pagi sekali, tampak dari kejauhan para petani sudah bersibuk - sibuk ria di ladangnya.

Gue telurusi setapak demi setapak jalan disekitar telaga tersebut, berharap rasa penasaran gue semalam terjawab disini, detik demi detik berlalu, menit demi menit terlewati. Akhirnya tak kunjung mendapatkan hasil, bejalanlah gue menuju dataran yang lebih tinggi. Sehingga, tampak keseluruhan kolam ditelaga tersebut, mengamati dengan seksama selama beberapa waktu, tetap tak kunjung mendapatkan hasil. 

Cukup lama gue menghabiskan waktu diatas sini, gue memustuskan untuk turun dan kembali untuk menyantap makanan yang telah disiapkan oleh tukang masak disana. Akhirnya, mitos tersebut belum menghasilkan suatu jawaban yang pasti, hanya Tuhan dan alam ini yang tahu kebenarannya dan tetaplah menjadi sebuah misteri yang tak pernah terungkapkan.

Cerita tentang pohon yang kembali berdiri setelah ditebang dilokasi pabrik dan beberapa cerita menarik tempat wisata di Dieng akan dilanjutkan di article berikutnya...

See you soon on the next article...

Byeee. muuachh... 




1 comments:

Jelajah Dieng Part II

12:53 PM Fathur Rhavy 0 Comments



Beberapa waktu lalu gue sudah menceritakan pengalaman gue saat tiba di Dieng. Kali ini gue akan menceritakan petualangan-petualangan yang lebih seru lagi dari Jelajah Dieng Part I...

So, stay tuned on this site and let's check this out...

Sebelumnya gue sudah menyinggun tentang sebuah pohon yang sakti mandra guna. Pohon bukan sembarang pohon, pohon asli telaga Merdada. Pohon yang sudah ditebang oleh para pekerja disana, kembali 'tegang'... maksud gue 'berdiri' beberapa saat setelah ditebang. 

"Pohonnya udah ditebang tadi, udah jatuh ke tanah padahal. Terus berdiri lagi" Ayah gue sih bilangnya gitu, dan para pekerja juga meyakinkan hal itu. Ada yang merekam sih kejadiannya, tapi saat itu tak ada niatan dari gue untuk meminta videonya. Kejadian itu lumayan membuat gempar orang - orang yang ada disana saat itu.

Seperti biasa 'no pict, it's hoax'... 

Penampakan pohonnya

Sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang lebih lanjut mengenai terjadinya kejadian tersebut. Mungkin suatu saat salah satu Good Readers ada yang mau meneliti? 

***

Sore harinya kakak gue ngajakin bokap sama nyokap gue untuk pergi mendaki bukit-bukit yang mengelilingi danau tersebut. Kita start dari bukit dekat kita menginap dan menyusuri jalan setapak untuk sampai ke puncak bukit. Setelah tiba di puncak bukit, kita menyusuri jalan setapak yang biasa dilalui para pekerja ladang, jalan tersebut hanya muat untuk satu orang, karena kanan kiri bukit tersebut merupakan ladang kol dan kentang yang seperti jurang, walaupun tidak begitu terjal.

Sedikit menakutkan sih berjalan diatas tumpukan puncak-puncak bukit. Meskipun track yang kita lalui lumayan susah. Semua terbalaskan dengan pemandangan yang sangat indah. Sebelah kiri merupakan danau Merdada yang sangat jelas terlihat keseluruhannya dari atas sini dan sebelah kanan merupakan pemandangan ladang-ladang diantara tumpukan perbukitan yang menjulag keatas.

Angin yang berada diatas bukit ini lumayan begitu kencang, bahkan rambut yang udah gue olesi 'G*tsby' masih tetap kalah dengan kencangnya angin diatas bukit ini. Dingin? itu sih gak usah ditanya, pastinya sangat dingin diatas sini. Tapi semua itu terbayar dengan pemandangan yang luar binasa ini.

Mas irfan salah satu pekerja 

Seraya menyusuri jalan setapak tibalah kita diakhir perjalanan kita, tak terasa sudah berada diujung bukit yang mengelilingi danau Merdada, cukup jauh tapi tak terasa begitu cepat kita menyusuri karena sepanjang jalan seraya memandangin pemandangan yang sangat eksotis, semuanya terlihat hijau sejauh mata memandang.

ladang diatas bukit

Perjalanan hari ini yang begitu panjang dan melelahkan memaksa kami untuk meristirahatkan tubuh kami untuk kegiatan esok hari yang lebih menguras tenaga, tapi semua itu terbayar dengan kepuasan memandang ciptaan Tuhan yang sangat indah.

***

Keesokan harinya, pagi-pagi buta kami semua sudah bersibuk-sibuk ria menyiapkan perbekalan untuk melanjutkan perjalanan mengelilingi dieng. Kami berangkat mengenakan mobil, menuruni perbukitan dan melewati rumah-rumah penduduk. Disalah satu jalan gue melihat pipa besar diatas jalan, "itu pipa gas dari pertamina" kata bokap gue. Kabarnya sih disini ada pertambangan gas, tapi it's okay selama tidak merusak alam dan mengganggu perjalanana kami.

Sepanjang jalan kita melewati komplek percandian Arjuna yang sangat terkenal diDieng dan sebuah goa dibawah tanah yang kata kakak gue nembus ke surabaya. Kali ini gue ga tau dia beneran atau hanya mau ngebohongin gue. Gue saat itu hanya percaya saja sembari melihat kakak gue bercerita, menatap wajahnya dengan tanpang yang tak berdosa dan mata yang berkaca-kaca...

Beberapa saat kemudian, tibalah kami disumur Jalatunda, eits, penderitaan belum berakhir...

...anak tangga yang cukup banyak menjulang keatas mulai menghantui kami. Lagi-lagi 'menanjak' demi mencapai tempat yang indah memang butuh pengorbanan. Ketika berada diatas terlihatlah sosok dari sumur jalatunda, gue pikir bentuknya kayak sumur gitu terus ada timba dan kerekan-nya, mangkanya gue heran ngapain sih wisata ngeliatin sumur di Jakarta juga banyak. Ternyata sumurnya gede banget dan menurut gue itu bukan 'sumur'...

...tapi 'danau' !! Shit....

Sumur ini cukup mengerikan, kenapa? Untuk melihat dari atas ke bawah saja membuat kaki-kaki gue menari-nari kecil alias 'gemetaran'. Karena dari tempat kita melihat ke permukaan air sumur cukup tinggi dan terjal, sempat terbayang oleh gue, kalau jatuh gimana ya?



Tiba-tiba kakak gue ngambil sebongkah batu dan ngelempar kesumur itu. "ngapain lo" tanya gue. "ambil batu terus lo lempar kalau bisa sampai ke sebrang dinding sumur ini, lo bisa dapet jodoh" kata kakak gue. 

Oh, come on I'm a student of Junior high school. Yakali, mau dapat jodoh sekarang, pingin rasanya gue melempar kakak gue kesebrang sumur saat itu juga...

Dan akhirnya rasa penasaran gue yang menggebu-gebu saat itu, membuat gue melempar batu. Alhasil untuk sampai ke tengah sumur saja enggak, apalagi keseberang tebing sumur, mustahil !! Jarak dinding tempat kita berdiri dengan satunya sangatlah jauh itulah, seperti gue bilang "ini sumur atau danau ?".

***

Setelah dari Sumur Jalatunda kita berangkat menuju Telaga Warna, eits ini bukan telaga warna yang ada di bogor ya. Telaga Warna yang ada disini lebih keren dari yang ada dibogor menurut gue sih. Karena perbedaan antara warna air yang satu dengan yang lain di telaga ini cukup terlihat perbedaanya ketika siang hari. Terkadang terlihat hijau, terkadang biru, merah jambu dan warna-warna lainya. Dengan wilayah yang luas kita dapat berjalan-jalan sembari menikmati pemandangan yang ada disini.

Tak hanya telaga, disini juga ada beberapa tempat wisata lainnya seperti, goa-goa, batu tulis dan beberapa patung yang bisa kita temukan. Karena lahannya yang luas kita dapat melihat - lihat keadaan disana sembari berjalan-jalan menikmati keindahan Telaga Warna




Batu tulis tempat manusia prasejarah nulis memakai telapak tangannya.

***
Setelah dari Telaga Warna kita bergerak menuju ke tempat wisata lainnya yaitu 'Kawah Sikidang'. Kawah Sikidang ini merupakan tempat yang tandus karena dahulu tempat itu merupakan bekas beberapa kawah baik itu yang tidak aktif atau masih aktif, tapi ini bukan kawah yang seperti kalian bayangkan. Kawah Sikidang tak seperti kawah yang ada di puncak gunung, kawah ini hanya sekala kecil. Di kawasan ini kita dapat menemukan banyak sekali aliran belerang yang melintas, disini kita dituntut untuk berhati-hati karena beberapa kawah masih aktif sehingga jika kita terkena air yang mendidih dengan lumpur ditengah kawah, lumayan dapat mebuat luka kulit kita.



Kalian bisa mengambil beberapa belerang yang ada disini atau membelinnya dibeberapa penjual disekitar kawah ini. Tempat yang begitu berbahaya tapi asik untuk dijadikan wisata, karena pemandangan yang sangat berbeda dengan kawah yang selama ini kita lihat dan kita dapat melihat dari dekat bentuk dan isi suatu kawah...

bahkan kita dapat memasak telur rebus diantara kawah-kawah kecil yang tersebar disini. Asal jangan memasak telur mata sapi atau dadar ya, yang ada lo yang gue masak di kawah itu!!

Walaupun tandus tapi tempat ini memiliki warna yang sangat sedap dipandang mata. Pemandangan yang serba tandus memiliki perpaduan degradasi warna antara abu-abu dan coklat, menjadikannya pemandangan yang langka untuk dilihat. Jadi tak ada salahnya Kawah Sikidang ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata kalian.


Ya, begitulah kegiatan petualangan gue selama ada di Dieng, Seakan baru kemarin melakukan perjalanan yang cukup menantang itu. Tanah jawa yang satu ini memang tidak salah untuk jadi destinasi para Good Readers jika ingin berlibur. Tak ada kata menyesal untuk kesana. Karena pemandangan yang tak ada duanya membuat kita betah tinggal disana berlama-lama. 

"Just do something in your life to find a good experience and make them as a memory"

0 comments: