Merayakan Imlek di Festival Lampion Solo

2:57 PM Fathur Rhavy 2 Comments

Gapura tanda perayaan Imlek

Hari pertama gue menjajahkan kaki di Solo.


Selama perjalanan gue teringat akan salah satu quote yang sangat langka dan sangat biasa, bahkan tak ada apa-apanya dan berasal dari buku yang juga biasa saja yaitu 'Koar-Koar Backpacker Gembel'.



Jauh-jauh untuk liburan jangan habiskan waktu mu untuk tidur, kalau mau tidur ya dirumah. 
Biasa kaannn? Emang!!

Lantas di hari pertama gue hanya sempat tidur sekitar 3-4 jam-an. Pagi hari gue habiskan untuk berbenah dan sekedar membersihkan raga gue dari roh-roh jahat selama terombang-ambing di kereta.


"Jeh, efjeeh, jeeh woyyy, cari sarapan yokss" ajak gue via line.


"Sarapan dimana?" jawab efjeh via line juga.


"Di Depok aja yuk je gimana?" Rasanya pengen gue timpuk ini anak. Gue baru 7 jam ada di solo ditanya 'sarapan dimana?'


"Wkwkwkw... (ciri khas dia apa aja diketawain) yaudah ke kost gue aja dulu" kata efjeh via line


"OTWehhh jehh" balas gue via hati line. (padahal gue masih asik ngulet diatas badannya Sule)


Akhirnya berangkatlah gue mencari sarapan. Berjalan kesana kemari tanpa tujuan dan tak tahu arah jalan pulang. Bertemulah gue dengan tempat makan yang biasa efjeh dan adiknya menikmati segelas penuh sop buah.


Namanya orang abis perjalanan jauh, apapun gue sikat, bahkan gue gak tahu apa saja lauk-pauk yang barusan gue makan, ditambah lagi dengan segelas penuh sop buah. 


Jeng..jeng..jeng.. 


Saatnya bayar, ini adalah moment-moment menakutkan bagi kaum pria-pria gentleman kayak gue, tentunya lebih menakutkan dari pada melihat mantan di Mall pegangan tangan sama cowok barunya.


"Bu semua berapa ya?" tanya gue. Berharap ada gempa lewat, jadi gue bisa kabur tanpa bayar.


"Pakai apa saja mas?" tanya si ibu.


Okay fix, gue lupa pakai lauk apa saja. Untung ada Aisyah yang inget gue pakai lauk apa saja. Lauk saja inget! Apalagi cowoknya. Aseekkk... Bodo amat lah!!


"Jadi totalnya 14 ribu mas" jawab si ibu. 


"Hah? Berapa bu? 14 ribuu?" dengan nada yang terkaget dan wajah yang tercengang-cengan kayak di drama-drama korea SBS.


Itulah hebatnya Solo. Jangan heran kalau makanan di Solo murah-murah. Selama gue numpang disini. Makanan semahal-mahalnya yang gue makan kurang dari 20 ribu. Even, itu di cafe atau tempat makan pinggir jalan ya. 


Setelah makan gue bergegas melanjutkan perjalanan ke Klaten, yaitu Umbul Ponggok. Tapi Tuhan berkata lain, hari itu turun hujan. Mau gak mau kegiatan siang itu gue batalkan. Dengan hati yang kecewa gue kembali ke kost-an efjeh. Tentunya dengan kondisi hujan-hujan-an dan basah kuyup.


Untung ada yang perhatian ibu-ibu tukang masak kost efjeh "Waduh basah-basah-an, mau makan dan minum apa mas?"...


... Walaupun ujung-ujungnya bayar sih.



***

Singkat cerita, karena plan awal gagal. Malamnya gue diajak si dua kakak-beradik ini untuk melihat festival lampion di tengah kota Solo. Lebih tepatnya di pasar Gede, Hardjonagoro. 

Pasar Gede, Hardjonagoro
Untuk menikmati indahnya malam berhiaskan lampu lampion ala negeri tirai bambu, kita tidak dipungut biaya sepeser pun, hanya dengan membayar tiket parkir. Kita sudah bisa menikmati keindahan malam di balik lampion merah semalaman suntuk. 
Jejeran lampion menghiasi malam kala itu
Festival ini diadakan oleh pemerintah kota Solo sebagai salah satu daya tarik wisata kota Solo. Selain itu, perayaan tahun baru imlek dilaksanakan sebagai upaya toleransi antara pihak pribumi dan warga asli keturunan Tiong hoa di Solo.

Itulah kreatifnya kota Solo, demi menarik para wisatawan. Kota ini sering mengadakan agenda-agenda khusus yang ditujukan untuk menaikan arus wisatawan di kota Solo. 


Jujur saja kota solo termasuk kota kecil, mungkin sehari kita bisa mengitari keseluruhan kota Solo. Oleh karena itu pemerintahan solo, melakukan beberapa kegiatan untuk menaikan daya tarik kota yang terkenal dengan 'orang jawa halus-nya' ini.




Crowded itulah kata yang pantas menggambarkan suasana malam itu. Narsis itulah kata yang pantas menggambarkan gue malam itu. Kebetulan sih Aisyah membawa kamera DSLR miliknya. Well, it's time to take pictures..


Nih hasil foto Aisyah... Keceh binggo.



Orang imut yang pernah ada di Dunia
Dan ini hasil foto gue... 


Fix gagal !!
... Sunggu luar biasa Blurrrr-nya. Okehh, bhay!!

Kebetulan banyak anak-anak alay lagi pada sibuk foto-foto di pinggir jalan. Gue sebagai terong-terongan gak mau kalah. Foto seheboh mungkin di pinggir jalan. 



This is Us. Taken by Aisyah
Tiba-tiba "bruakk" sih efjeh nabrak orang pas lagi selfie. Gue gak tahu apa yang ada di kepala efjeh saat itu. Bahkan mbak-mbak lagi asik selfie di pinggir jalan juga di tabrak. 

"Ngil..ngil fotoin gue yuk sama pocong" ajak sule.


"Mane congg, mana ada pocong ditempat kayak gini" jawab gue.


"Nohh.." sembari menunjuk dan merengek guling-guling di atas jalan minta foto bareng pocong.


Okelah gue sanggupin si bayi dugong ini untuk foto bareng pocong. Mumpung si pocong lagi gak sibuk gangguin orang. So, kapan lagi..



Kedekatan dan kemesraan antara pocong dan Sule
Begitulah kedekatan antara sule dan om-om pocong malam itu. Entah apa yang ada di pikiran sule kala itu. Mungkin dampak dari terlalu lama men-jomblo, pocong perawan di pinggir jalan juga disikat.

Selain pocong, ada juga mbak kunti dan om vampire di tempat ini. Itulah salah satu daya tarik dari festival lampion di Solo. Sebenarnya sih, mereka adalah orang-orang creative yang berdandan ala-ala hantu dalam negeri. Untuk foto bareng mereka tidak usah merogok kocek dalam-dalam.

Cukup mengisi kotak amal jariah yang mereka bawa. Sebagai apresiasi kita terhadap usaha dan jasa-jasa mereka. Ingat... Seiklasnya.


Setelah nafsu birahi sule untuk foto bareng pocong telah terpuaskan. Kami lantas bergerak menyusuri jalan-jalan kota Solo dimalam hari dengan berjalan kaki. Setelah beberapa ratus centimeter kami bergerak. 


Yang anak gahol pasti tau maksud foto ini.
Kami disuguhkan dengan patung-patung yang berdiri tegak menantang di sepanjang jalan menuju pintu masuk Kesultanan Surakarta, lebih tepatnya di depan gedung bank Indonesia yang lama. Dengan beberapa hiasan lampu, patung ini tak lepas dari foto narsis kita para alayers dari Depok.


Jejeran patung lampu di depan Bank Indonesia Lama
Foto bareng sodaranya Sulee. Uyeeeyy !!
Ini yang namanya Aisyah dan yang belakang namanya Rasyah..
Setelah puas berfoto-foto ria dengan patung-patung lampu yang menggoda. Akhirnya, kami mengakhir perjalanan kami malam itu dengan beberapa foto yang cukup membuat gue kangen dan meneteskan air mata setiap kali melihatnya...

...Lebay!!

Perjalanan kami malam itu kami akhir dengan wisata kuliner dengan menyantap makanan kaki lima ala-ala malam kota Solo dan tidak lupa membeli martabak 'Makobar' untuk kami santap di kost-an.

Martabak Makobar itu martabak dengan beberapa toping. Jadi dalam satu martabak tersebut terdapat sekitar 8-12 toping berbeda. Tentunya dengan toping yang sesuai selera kita.

Untuk gambar googling aja ya. Waktu itu saking khilaf-nya, lupa untuk mengabadikan si Makobar yang sudah terlanjur masuk kedalam perut.

Bergitulah perjalanan kami pada hari pertama tiba di Kota Solo. Salam untuk Melly Setiawati yang lagi sibuk jadi bu Dokter dan Syafrina Agny Islami yang lagi sibuk kuliah sembari cari jodoh. Kasian deh gak bisa ikut, jangan kuliah terus mangkanya...hihi

Stay tuned at my blog for the next article guys. Love you all..

Tambahan Foto :


Abaikan orangnya fokus pada kuilanya.
This is us
This is us part 2
Hiruk pikuk malam hari kota Solo
Hello Everyone !!
Suasana malam kota Surakarta
Ini gue sama Fatimah kakak dari Aisyah alias temen sekelas gue waktu SMA
Tiga Sekawan
No Caption !!
 Dan terakhir...


Si ganteng dari Jonggol..

Rincian Harga :

Sop Buah 'Seabrek'               : Ro 7.000,-
Parkir Sepeda Motor              : RP 2.000,-
Bayar Pocong                        : SEIKLASNYA
Martabak Makobar 9 Toping    : Rp 50.000,-  (Semakin banyak toping semakin mahal)

Lokasi Festival : 

Pastinya di kota Solo. Lebih tepatnya pasar Gede, Hardjonagoro dan sepanjang jalan menuju pintu masuk Kesultanan Surakarta. Dekat Bank Indonesia Lama.

2 comments: