Kunjungan Industri PT Indosat Jatiluhur

10:25 AM Fathur Rhavy 2 Comments

Seperti kebanyakan mahasiswa genius pada umumnya, kegiatan kali ini gue tujukan untuk mengejar sekumpulan sertifikat Ilmu. You know lah, because it is a requirement of passing on my campus. So I have to do that for certificate...

Dengan penuh hasrat ke-ingin-tahu-an gue, menjadi alasan kuat untuk mengikuti kegiatan yang sangat bergengsi seantero BEM FTI yaitu 'Kunjungan Industri'.

Indosat Training dan Conference Center Jatiluhur
Jika ada pertanyaan "Vy apa aja yang udah didapat selama disana?"

Jawabanya adalah "Sertifikat, Foto-foto, Selfie, Snack, yang terakhir nasi kotak". Begitulah kegiatan gue disana, makan, tidur, selfie dan ngobrol, contoh -  contoh anak masa kini. 


***

Dihari sebelumnya..

"Na besok berangkat jam berapa?" Tanya gue sama Ana (salah satu anak HITZ BEM FTI).


"Jam 5.30 vy" Jawab Ana. 


Sebagai seorang remaja yang dikenal alim dan taat akan agama, tentunya berangkat jam segitu tak menjadi halangan bagi gue. Karena sudah terbiasa bangun jam 4 (matiin alarm terus tidur lagi). So, it wasn't big problem for me.



***

Singkat cerita, bangunlah gue jam 4. Tiba-tiba hape berdering...


"Good morning sayang, udah bangun belum, katanya mau Kunjungan Industri, jangan lupa sarapan ya" Okeh fix itu mimpi !!


"Vy dimana woy! Gue udah di depan kober, jemput sekarang" Chat Indri.


"Otw ndri, ini lagi siap-siap gue" Jawab gue. Siap-siap otw kamar mandi maksudnya. 


Setelah selesai mandi, nyuci baju, nyetrika, masak, ngepel dan nyapu, akhirnya gue berangkat menuju kampus. Sebelum itu gue harus menjemput Indri terlebih dahulu. Sesampainya di kampus, setelah absen dan menaruh motor. Berangkatlah kami semua menuju PT Indosat yang terletak di Jatiluhur. Our journey has been began..



***

Keimanan dan ketaqwaan gue harus di uji kembali di dalam bus. Satu bus dengan mantan makhluk-makhluk astral 1IB04 membuat gue membatalkan puasa ketawa yang sedang gue jalanin. Begitulah kalau anak 1IB04 ngumpul, serasa satu bus milik kita sendiri.

Mulai dari ngomongin orang, jahilin orang, ledek-ledekan, dadah-dadah-in cabe-cabean di pinggir jalan, dadah-dadah-in om-om genit, sampai dadah-dadah-in pak polisi. Maafkan hamba mu ini ya Allah.


Tiba-tiba bus berhenti. Tibalah kami di Indosat Training dan Conference Center yang terletak di Jatiluhur. 



Udah kayak villa-villa puncak
Sedikit takhjud dengan tempat ini, karena merupakan tempat training dan conference, so, jangan heran dengan tempatnya yang keren banget. Bahkan ada kolam renangnya. Tapi sayangnya gak ada tante-tante genit ber-bikini lagi ngambang.


Please. Let me try this pool for a second.

Tempat menginap

Dwi cah slawi yang paling narsis.
Setibanya kami disana, kami langsung digiring untuk memasuki ruangan tempat akan dilaksanakan seminar dan pemahaman materi. 

Ruangan yang cukup besar dan terdapat layar projector yang cukup besar di tengah-tengah ruangan. Dengan patung Garuda dan foto gagah dari Presiden Indonesia menjadi salah satu pelengkap di ruangan tersebut. 



Lampu perlahan diredupkan, layar projector mulai dinyalakan dan terdengar "Pintu theater satu telah dibuka, bagi pengunjung yang telah memiliki karcis diharap segera memasuki theater satu" Ini lagi seminar apa nobar Batman vs Superman.

Disinilah kami diberi pengarahan dan penjelasan mengenai sistem telekomunikasi di Indonesia. Dengan materi yang cukup menyenangkan dan suasan yang gelap gulita. Membuat gue semakin larut dalam seminar kali ni, larut dalam mimpi (tidur)...

...Sedikit ilmu yang akan gue sharing selama seminar dilaksanakan.

***
Apa itu Indosat?

Silahkan googling.

Indosat itu perusahan apa?

Pertanyaan lo sama kayak yang pertama, sekali lagi silahkan tanya mbah google!!

Bagaimana sejarah Indosat? 

Finally, you ask something that is really important.

Indosat Ooredoo (lengkapnya PT Indosat Tbk, sebelumnya bernama Indosat) adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Didirikan pada tanggal 20 November 1967 merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan ITT (International Telephone and Telegraph) untuk membangun stasiun Bumi yang dioperasikan pada tahun 1969.

Mulai tahun 1980 PT Indosat berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menangkis keraguan kalangan internasional akan kemampuan mengoperasikan jasa telekomunikasi internasional tanpa ITT. Pada tahun 1992 Indosat kembali menjawab keraguan kemampuan Indosat dalam bersaing dengan pihak swasta yaitu Satelindo, dimana Indosat mempertahankan pangsa pasar sekitar 90%.

Apa Itu Telekomunikasi?

Oh my goddd, sekali lagi nanya yang gak berbobot gue lempar satellite!!

Bagaimana proses Telekomunikasi yang diusung oleh Indosat?

Secara garis besar, jadi untuk proses penyampaian informasi dari satu stasiun ke stasiun lain. PT Indosat Tbk menggunakan dua cara, pertama menggunakan kabel bawah laut atau tanah untuk area yang dapat terjangkau oleh kabel. Kedua untuk daerah yang jauh dari jangkauan menggunakan sistem satellite. Satellite ini digunakan untuk menjangkau daerah terpencil yang ada di Indonesia. 

Penggunaan satellite memberi keuntungan dalam proses jarak, karena satellite dapat menjangkau jarak terjauh. Tapi kekurangannya, dalam proses transfer data lebih cepat menggunakan kabel. Intermezzo ; Satellite transfer data 10 Mbps jarak hingga papua. Kabel transfer data 100 Mbps jarak hanya pulau jawa. 

Kalau begitu apa kegunaan dari Parabola?

Ketika stasiun I mengirimkan sinyal ke stasiun II yang berada di pulau terpencil. Sinyal yang di berikan dari stasiun I akan di teruskan menuju satellite dan sinyal tersebut akan dipantulkan kembali ke bumi dan di terima parabola yang ada di stasin II. 

Jadi, parabola berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sinyal yang dipantulkan oleh satellite. Intermezzo : Tampilan tv yang buruk dan ketika menggunakan antena parabola tampilannya akan lebih jelas.

Sinyal TV dan Telepon itu sama dong?

Sinyal tv itu biasa menggunakan satellite, terutama untuk tv kabel atau acara tv berbayar. Pastinya menggunakan satellite karena letak stasiun tv yang jauh dan lagi untuk memperjelas gambar menggunakkan parabola.

Sedangkan sinyal telepon itu menggunakan bts (Base Transceiver Station) itu loh menara yang terletak di atas-atas gunung. Kalau dalam suatu daerah tidak terdapat bts dipastikan sinyal telepon juga tidak ada. 

Terus apa hubungannya satellite dengan telepon?

Kembali ke awal telepon bisa menggunakan kabel ataupun satellite dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sedangkan jika menggunakan satellite tentunya kita tak membutuhkan kabel bawah laut antar benua.

Cukup menggunakan satellite kita dapat saling bertukar informasi. Ibaratnya kabel itu merupakan gelombang radio yang di pancarkan dan diterima satellite kemudian di pantulkan kembali ke bumi. 

BTS yang berfungsi sebagai pemancar sinyal, sehingga kita dapat menerima informasi yang di pantulkan oleh satellite.

Terus bagaimana hubungan mas Rhavy dengan mantan?

BODO AMAT !!!


***

Begitulah informasi yang gue dapat selama terlarut dalam mimpi ketika mengikuti seminar. Kalau ada salah-salah maklum di maafkan, tapi menurut ke-sok-tau-an gue begitulah informasi yang bisa gue sharing. 

Kalau masih ada yang kurang paham atau ngasih tambahan atau sekedar mau menghina juga silahkan comment di bawah ini.

Setelah mengikuti seminar yang cukup keren dan mebuat gue terkantuk-kantuk. Akhirnya, acara berikutnya adalah menyusuri dan melihat stasiun pengendali dan pemancar. 

Orang imut yang terlahir di dunia
Ketika gue tiba di lapangan, gue melihat banyak sekali parabola dari yang kecil sampe yang gede. Ngelihat parabola yang gede-nya se-gede temen gue Sule, lumayan buat nobar bola satu kabupaten.

Abaikan dua orang naris di foto fokus pada dua parabola.
Parabola yang gedenya se-gede gedung ini fungsinya untuk menangkap atau mengirim gelombang radio dari atau menuju ke daerah yang jauh di Indonesia. Itulah kenapa membutuhkan parabola yang besar agar proses pengiriman dan peneriman gelombang radio dari tempat yang jauh tidak terjadi gangguan. 

Diameter 9 Meter
Rata-rata parabola yang berada di stasiun Indosat ini memiliki diameter piringan 9 meter. Piringannya dapat menampung nasi tumpeng untuk satu kecamatan.

Setelah puas memandangi besarnya parabola yang berdiri tegak menantang. Kami menuju keruangan tempat mengontrol dan memantau satellite. Dari sini kita dapat melihat pergerakan satellite yang berada pada porosnya. Selain itu kita dapat memantau gelombang radio yang dipancarkan atau diterima.

Intinya ini ruangan berpengaruh sekali atas keberlangsungan kehidupan parabola dan satellite. Memiliki beberapa komputer untuk memantau lalu lintas gelombang radio. Walaupun perkerjaannya sepele cuman untuk mandangin layar komputer. Tapi lebih baik dari pada mandangin masa lalu. 

Seketika terjadi kerusakan atau gangguan maka para operator ini siap siaga untuk memperbaikinya. Sekilas santai tapi memiliki tanggung jawab yang besar. 

Miniatur pesawat luar angkas untuk membawa satellite. Serta mas-mas kebersihan disini.
Selain itu di ruangan ini terdapat beberapa miniatur alat-alat yang dibutuhkan demi terwujudnya jaringan telekomunikasi di Indonesia. Begitu juga beberapa foto proses perancangan dan peluncuran satellite dari tahun ke tahun.

Satellite Palapa milik Indonesia dan Indosat yang hingga kini digunakan. Abaikan dua anak ilang diatas  (Acong dan Ichal).

Begitulah dengan munculnya foto dua anak yang ga keurus diatas mengakhiri kisah gue selama mengikuti kegiatan Kunjungan Industri kali ini. Dengan beberapa tempat yang cukup membuat gue tercengengan melongo sambil netesin air liur. 

Beberapa informasi yang gue dapat disini juga cukup membuat gue takhjud dan minta ampun saking gak ngerti dengan materi yang disampaikan.

Sekian yang gue dapatkan semoga bisa bermanfaat dan kalau ada salah kata atau info mohon dimaklumkan namanya juga anak baru gede kemaren, ilmunya belum setinggi bukit, tapi nakalnya setinggi gunung. 

Thanks for visiting my blog. Love you all. Muachh..

See you on the next article...

Tambahan :


Ini yang namanya si Ana salah satu anak hitz BEM

Ini namanya Ichal salah satu yang paling dicari di Polres Depok

We are the cool boys

Para makhluk astral 1IB04


2 comments:

Merayakan Imlek di Festival Lampion Solo

2:57 PM Fathur Rhavy 2 Comments

Gapura tanda perayaan Imlek

Hari pertama gue menjajahkan kaki di Solo.


Selama perjalanan gue teringat akan salah satu quote yang sangat langka dan sangat biasa, bahkan tak ada apa-apanya dan berasal dari buku yang juga biasa saja yaitu 'Koar-Koar Backpacker Gembel'.



Jauh-jauh untuk liburan jangan habiskan waktu mu untuk tidur, kalau mau tidur ya dirumah. 
Biasa kaannn? Emang!!

Lantas di hari pertama gue hanya sempat tidur sekitar 3-4 jam-an. Pagi hari gue habiskan untuk berbenah dan sekedar membersihkan raga gue dari roh-roh jahat selama terombang-ambing di kereta.


"Jeh, efjeeh, jeeh woyyy, cari sarapan yokss" ajak gue via line.


"Sarapan dimana?" jawab efjeh via line juga.


"Di Depok aja yuk je gimana?" Rasanya pengen gue timpuk ini anak. Gue baru 7 jam ada di solo ditanya 'sarapan dimana?'


"Wkwkwkw... (ciri khas dia apa aja diketawain) yaudah ke kost gue aja dulu" kata efjeh via line


"OTWehhh jehh" balas gue via hati line. (padahal gue masih asik ngulet diatas badannya Sule)


Akhirnya berangkatlah gue mencari sarapan. Berjalan kesana kemari tanpa tujuan dan tak tahu arah jalan pulang. Bertemulah gue dengan tempat makan yang biasa efjeh dan adiknya menikmati segelas penuh sop buah.


Namanya orang abis perjalanan jauh, apapun gue sikat, bahkan gue gak tahu apa saja lauk-pauk yang barusan gue makan, ditambah lagi dengan segelas penuh sop buah. 


Jeng..jeng..jeng.. 


Saatnya bayar, ini adalah moment-moment menakutkan bagi kaum pria-pria gentleman kayak gue, tentunya lebih menakutkan dari pada melihat mantan di Mall pegangan tangan sama cowok barunya.


"Bu semua berapa ya?" tanya gue. Berharap ada gempa lewat, jadi gue bisa kabur tanpa bayar.


"Pakai apa saja mas?" tanya si ibu.


Okay fix, gue lupa pakai lauk apa saja. Untung ada Aisyah yang inget gue pakai lauk apa saja. Lauk saja inget! Apalagi cowoknya. Aseekkk... Bodo amat lah!!


"Jadi totalnya 14 ribu mas" jawab si ibu. 


"Hah? Berapa bu? 14 ribuu?" dengan nada yang terkaget dan wajah yang tercengang-cengan kayak di drama-drama korea SBS.


Itulah hebatnya Solo. Jangan heran kalau makanan di Solo murah-murah. Selama gue numpang disini. Makanan semahal-mahalnya yang gue makan kurang dari 20 ribu. Even, itu di cafe atau tempat makan pinggir jalan ya. 


Setelah makan gue bergegas melanjutkan perjalanan ke Klaten, yaitu Umbul Ponggok. Tapi Tuhan berkata lain, hari itu turun hujan. Mau gak mau kegiatan siang itu gue batalkan. Dengan hati yang kecewa gue kembali ke kost-an efjeh. Tentunya dengan kondisi hujan-hujan-an dan basah kuyup.


Untung ada yang perhatian ibu-ibu tukang masak kost efjeh "Waduh basah-basah-an, mau makan dan minum apa mas?"...


... Walaupun ujung-ujungnya bayar sih.



***

Singkat cerita, karena plan awal gagal. Malamnya gue diajak si dua kakak-beradik ini untuk melihat festival lampion di tengah kota Solo. Lebih tepatnya di pasar Gede, Hardjonagoro. 

Pasar Gede, Hardjonagoro
Untuk menikmati indahnya malam berhiaskan lampu lampion ala negeri tirai bambu, kita tidak dipungut biaya sepeser pun, hanya dengan membayar tiket parkir. Kita sudah bisa menikmati keindahan malam di balik lampion merah semalaman suntuk. 
Jejeran lampion menghiasi malam kala itu
Festival ini diadakan oleh pemerintah kota Solo sebagai salah satu daya tarik wisata kota Solo. Selain itu, perayaan tahun baru imlek dilaksanakan sebagai upaya toleransi antara pihak pribumi dan warga asli keturunan Tiong hoa di Solo.

Itulah kreatifnya kota Solo, demi menarik para wisatawan. Kota ini sering mengadakan agenda-agenda khusus yang ditujukan untuk menaikan arus wisatawan di kota Solo. 


Jujur saja kota solo termasuk kota kecil, mungkin sehari kita bisa mengitari keseluruhan kota Solo. Oleh karena itu pemerintahan solo, melakukan beberapa kegiatan untuk menaikan daya tarik kota yang terkenal dengan 'orang jawa halus-nya' ini.




Crowded itulah kata yang pantas menggambarkan suasana malam itu. Narsis itulah kata yang pantas menggambarkan gue malam itu. Kebetulan sih Aisyah membawa kamera DSLR miliknya. Well, it's time to take pictures..


Nih hasil foto Aisyah... Keceh binggo.



Orang imut yang pernah ada di Dunia
Dan ini hasil foto gue... 


Fix gagal !!
... Sunggu luar biasa Blurrrr-nya. Okehh, bhay!!

Kebetulan banyak anak-anak alay lagi pada sibuk foto-foto di pinggir jalan. Gue sebagai terong-terongan gak mau kalah. Foto seheboh mungkin di pinggir jalan. 



This is Us. Taken by Aisyah
Tiba-tiba "bruakk" sih efjeh nabrak orang pas lagi selfie. Gue gak tahu apa yang ada di kepala efjeh saat itu. Bahkan mbak-mbak lagi asik selfie di pinggir jalan juga di tabrak. 

"Ngil..ngil fotoin gue yuk sama pocong" ajak sule.


"Mane congg, mana ada pocong ditempat kayak gini" jawab gue.


"Nohh.." sembari menunjuk dan merengek guling-guling di atas jalan minta foto bareng pocong.


Okelah gue sanggupin si bayi dugong ini untuk foto bareng pocong. Mumpung si pocong lagi gak sibuk gangguin orang. So, kapan lagi..



Kedekatan dan kemesraan antara pocong dan Sule
Begitulah kedekatan antara sule dan om-om pocong malam itu. Entah apa yang ada di pikiran sule kala itu. Mungkin dampak dari terlalu lama men-jomblo, pocong perawan di pinggir jalan juga disikat.

Selain pocong, ada juga mbak kunti dan om vampire di tempat ini. Itulah salah satu daya tarik dari festival lampion di Solo. Sebenarnya sih, mereka adalah orang-orang creative yang berdandan ala-ala hantu dalam negeri. Untuk foto bareng mereka tidak usah merogok kocek dalam-dalam.

Cukup mengisi kotak amal jariah yang mereka bawa. Sebagai apresiasi kita terhadap usaha dan jasa-jasa mereka. Ingat... Seiklasnya.


Setelah nafsu birahi sule untuk foto bareng pocong telah terpuaskan. Kami lantas bergerak menyusuri jalan-jalan kota Solo dimalam hari dengan berjalan kaki. Setelah beberapa ratus centimeter kami bergerak. 


Yang anak gahol pasti tau maksud foto ini.
Kami disuguhkan dengan patung-patung yang berdiri tegak menantang di sepanjang jalan menuju pintu masuk Kesultanan Surakarta, lebih tepatnya di depan gedung bank Indonesia yang lama. Dengan beberapa hiasan lampu, patung ini tak lepas dari foto narsis kita para alayers dari Depok.


Jejeran patung lampu di depan Bank Indonesia Lama
Foto bareng sodaranya Sulee. Uyeeeyy !!
Ini yang namanya Aisyah dan yang belakang namanya Rasyah..
Setelah puas berfoto-foto ria dengan patung-patung lampu yang menggoda. Akhirnya, kami mengakhir perjalanan kami malam itu dengan beberapa foto yang cukup membuat gue kangen dan meneteskan air mata setiap kali melihatnya...

...Lebay!!

Perjalanan kami malam itu kami akhir dengan wisata kuliner dengan menyantap makanan kaki lima ala-ala malam kota Solo dan tidak lupa membeli martabak 'Makobar' untuk kami santap di kost-an.

Martabak Makobar itu martabak dengan beberapa toping. Jadi dalam satu martabak tersebut terdapat sekitar 8-12 toping berbeda. Tentunya dengan toping yang sesuai selera kita.

Untuk gambar googling aja ya. Waktu itu saking khilaf-nya, lupa untuk mengabadikan si Makobar yang sudah terlanjur masuk kedalam perut.

Bergitulah perjalanan kami pada hari pertama tiba di Kota Solo. Salam untuk Melly Setiawati yang lagi sibuk jadi bu Dokter dan Syafrina Agny Islami yang lagi sibuk kuliah sembari cari jodoh. Kasian deh gak bisa ikut, jangan kuliah terus mangkanya...hihi

Stay tuned at my blog for the next article guys. Love you all..

Tambahan Foto :


Abaikan orangnya fokus pada kuilanya.
This is us
This is us part 2
Hiruk pikuk malam hari kota Solo
Hello Everyone !!
Suasana malam kota Surakarta
Ini gue sama Fatimah kakak dari Aisyah alias temen sekelas gue waktu SMA
Tiga Sekawan
No Caption !!
 Dan terakhir...


Si ganteng dari Jonggol..

Rincian Harga :

Sop Buah 'Seabrek'               : Ro 7.000,-
Parkir Sepeda Motor              : RP 2.000,-
Bayar Pocong                        : SEIKLASNYA
Martabak Makobar 9 Toping    : Rp 50.000,-  (Semakin banyak toping semakin mahal)

Lokasi Festival : 

Pastinya di kota Solo. Lebih tepatnya pasar Gede, Hardjonagoro dan sepanjang jalan menuju pintu masuk Kesultanan Surakarta. Dekat Bank Indonesia Lama.

2 comments: